Latar
belakang pasar klithikan Pakuncen
Pasar
klithikan Pakuncen yang ada di daerah Yogyakarta merupakan salah satu pasar
barang bekas yang ada di
Indonesia selain kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Jakarta, Surabaya
bahkan di Solo. Pasar kilithian Pakuncen ini bukan hanya menyediakan
barang-barang bekas atau antik saja seperti kamera jaman dulu, uang lama,
sepatu, keris dan masih banyak lagi, tetapi sudah ada barang-barang baru
seperti halnya pasar lainnya. Misalnya saja sudah tersedianya pakaian, topi,
aksesoris dan barang-barang lainnya. Pasar
Pakuncen bukan hanya sebagai pasar bekas yang terkesan kumuh oleh beberapa
kalangan yang mungkin melihat pasar ini dominan terdapat barang-barang bekas.
Namun bagi kalangan atau masyarakat tertentu, pasar khilikan Pekuncen ini
merupakan tempat wisata budaya karena terdapat barang-barang antik atau yang
sudah tidak beredar lagi di pasaran, sehingga banyak menarik wisatawan untuk
datang ke pasar tersebut. Pengunjung pasar klithikan Pakuncen ini berbeda
dengan pengunjung pasar lainnya karena pengunjung disini bukan hanya membeli
barang saja, tetapi bisa tukar tambah juga dengan barang yang diinginkan,
seperti onderdil motor dan sebagainya.
Pada
dasarnya penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan melakukan observasi
di pasar khlitikan Pekuncen dengan melakukan wawancara kepada pengunjung dan
pedagang di sana. Maka dari itu, penyajian hasil penelitian pun lebih pada
deskriptif kualitatif dan dengan menggunakan metode ethnografi dengan melakukan
pengamatan secara langsung di pasar klithikan Pakuncen.
Pola interaksi di pasar klithikan
Pakuncen menurut responden
Dari
beberapa pedagang yang ada di pasar klithikan Pakuncen mengatakan bahwa
perilaku pengunjung di pasar ini cendrung lebih berbeda seperti sekedar
melihat-lihat dulu barang yang dicari dan lebih banyak berinteraksi, hal ini
berbeda dengan pasar lain pada umumnya yang hanya melihat barang-barang baru saja
serta interaksi yang dilakukan pengunjung pun berbeda. Bagi para kolektor pasar
ini sangat cocok untuk dikunjungi sebagai sasaran barang koleksi mereka. Ibu
Sumi salah satu pedagang barang bekas perabotan rumah tangga di pasar klithikan
Pakuncen menuturkan bahwa barang yang di dapat sudah ada yang mengantar di
tempatnya, dan ketika pengunjung pasar melakukan interaksi seperti
tawar-menawar pun juga dengan bahasa yang tidak terlalu kaku sehingga membuat
interaksi pengunjung dan pedagang menjadi luwes. Bahasa Jawa yang merupakan
bahasa akrab bagi interaksi antar pedagang dan pengunjung telah mendominasi
ketika ada di pasar tersebut. Namun hal tersebut tergantung konteks pengunjung
yang datang ke pasar klithikan Pakuncen seperti ketika ada pengunjung dari kota
lain bahkan pengunjung asing. Maka dari itu, apa yang telah dijelaskan oleh Ibu
Sumi ini menyangkut situasi yang ada di pasar Pakuncen cendrung tidak terlalu
ramai seperti halnya pasar lainnya, namun pasar ini memiliki pengunjung yang
setia atau bisa dikatakan pelanggan tetap.
Toto Sudiarjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar