Ramai
dan bisingnya kegiatan
manusia di gedung hijau penopang kehidupan banyak orang –
orang yang terkenal sebagai pasar Beringharjo ini sangat kental saya rasakan
ketika memasuki emperan. Jajanan tradisional memenuhi inci demi
inci lapak dagangan. Pecel pincuk,bakpia kacang hijau, brem, dan
aneka jajanan pasar lain menggoda setiap orang untuk mencicipi. Saat memasuki
pintu utama, belum sampai saya melihat barang dagangan apa saja yang
tersedia, telinga saya sudah jelas mendengar para pedagang
yang mayoritas adalah kaum ibu yang menawarkan barang dagangannya.
“Mbak, batikipun mbak, ingkeng sarimbit, sidomukti, parang, monggo.” Tawaran
– tawaran seperti itu yang saya dapatkan.
Saya semakin masuk kedalam, menaiki
eskalator dan nampak banyak pengunjung yang sudah berusia lanjut
nampak takut – takut menaikinya. Aroma khas tercium kuat dari rempah –
rempah yang biasanya menjadi bahan dasar jamu. Jahe, kunyit,
temulawak dan rerempahan lain tertata rapi diatas nampan tradisional
yang disebut ”tambir.” Aroma rempah di lantai dua tersebut
terasa lebih nyaman daripada aroma tekstil baru yang menyengat di
lantai satu. Pemandangan tawar menawar sayur mayur dan bahan
pangan lain juga masih terlihat ramai meski hari sudah siang. Kuli –
kuli kekar juga mengisi setiap sudut pasar dan menawarkan jasa
ototnya.
Kembali turun ke lantai satu, pandangan
saya tertarik pada pedagang konde dan aksesoris
rambut yang berjajar rapi. Ada konde dari rambut asli, ada
juga konde dari rambut palsu. tidak perlu berbelit –
belit, pembeli lain yang saya lihat cukup berkata “niki pinten?” atau berarti
ini berapa? Setelah pedagangnya menyebutkan harga, pembeli kembali
berkata “pas e piro?” atau pas nya berapa? Jika harga yang dikehendaki
pembeli belum sesuai, gaya khas pembeli yang berulang kali saya lihat adalah
dengan meninggalkan barang tawarannya tersebut sambil berkata, sudah
langganan lho dan berlagak mencari lapak lainyang lebih murah. Dan lagi –
lagi, interaksi khas yang tercipta dalam proses tawar menawar tersebut
terlihat ketika sang penjual memanggil kembali pelanggannya tadi dan
menyepakati harganya.
Interaksi khas yang terjalin antara penjual dan
pembeli dan barang dagangan yang mungkin sulit dicari ditempat
lain di pasar tradisional menjadi daya tarik betapa
tingginya nilai pasar Beringharjo.
oleh : Sulistyo Ningsih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar