Come and Join Us, for better future

Selasa, 20 Mei 2014

Hiruk Pikuk Pasar Beringharjo


Ramai dan bisingnya kegiatan manusia di gedung hijau penopang kehidupan banyak orang – orang yang terkenal sebagai pasar Beringharjo ini sangat kental saya rasakan ketika memasuki emperan. Jajanan tradisional memenuhi inci demi inci lapak dagangan. Pecel pincuk,bakpia kacang hijau, brem, dan aneka jajanan pasar lain menggoda setiap orang untuk mencicipi. Saat memasuki pintu utama, belum sampai saya melihat barang dagangan apa saja yang tersedia, telinga saya sudah jelas mendengar para pedagang yang mayoritas adalah kaum ibu yang menawarkan barang dagangannya. “Mbak, batikipun mbak, ingkeng sarimbit, sidomukti, parang, monggo.” Tawaran – tawaran seperti itu yang saya dapatkan.
Saya semakin masuk kedalam, menaiki eskalator dan nampak banyak pengunjung yang sudah berusia lanjut nampak takut – takut menaikinya. Aroma khas tercium kuat dari rempah – rempah yang biasanya menjadi bahan dasar jamu. Jahe, kunyit, temulawak dan rerempahan lain tertata rapi diatas nampan tradisional yang disebut ”tambir.” Aroma rempah di lantai dua tersebut terasa lebih nyaman daripada aroma tekstil baru yang menyengat di lantai satu. Pemandangan tawar menawar sayur mayur dan bahan pangan lain juga masih terlihat ramai meski hari sudah siang. Kuli – kuli kekar juga mengisi setiap sudut pasar dan menawarkan jasa ototnya.
Kembali turun ke lantai satu, pandangan saya tertarik pada pedagang konde dan aksesoris rambut yang berjajar rapi. Ada konde dari rambut asli, ada juga konde dari rambut palsu. tidak perlu berbelit – belit, pembeli lain yang saya lihat cukup berkata “niki pinten?” atau berarti ini berapa? Setelah pedagangnya menyebutkan harga, pembeli kembali berkata “pas e piro?” atau pas nya berapa? Jika harga yang dikehendaki pembeli belum sesuai, gaya khas pembeli yang berulang kali saya lihat adalah dengan meninggalkan barang tawarannya tersebut sambil berkata, sudah langganan lho dan berlagak mencari lapak lainyang lebih murah. Dan lagi – lagi, interaksi khas yang tercipta dalam proses tawar menawar tersebut terlihat ketika sang penjual memanggil kembali pelanggannya tadi dan menyepakati harganya.

Interaksi khas yang terjalin antara penjual dan pembeli dan barang dagangan yang mungkin sulit dicari ditempat lain di pasar tradisional menjadi daya tarik betapa tingginya nilai pasar Beringharjo. 

oleh : Sulistyo Ningsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar