Come and Join Us, for better future

Selasa, 27 Mei 2014

Riset Prilaku Konsumen di Pasar tradisional Sorogenen

Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional yang menerapkan system transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan, dan lainnya (Sinaga,2008).
Harga dipasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti , oleh karena itu bisa dilakukan tawar menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan, pasar tradisional selama ini cenderung kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi. Pembeli di Pasar tradisional sorogenen (biasanya kaum ibu) mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan berkomunikasi /berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.

Barang yang dijual dipasar tradisional sorogenen umumnya barang-barang lokal dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual di pasar tradisional dapat terjadi tanpa melalui penyortiran yang kurang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan di satu kios tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain system pembayaran ke distributor atau sub   distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan  dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan menejemen sehingga melemahkan daya saing. 

Di pasar tradisional sorogenen tidak terlepas dari prilaku tawar-menawar oleh konsumen. sama seperti pasar tradisional lainnya. Namun pada pasar sorogenen, kebanyakan pedagang berusia 50-80 tahun. Uniknya di pasar sorogenen, beberapa pedagang cendrung lebih mengutamakan pelayanan yang baik pada konsumen yang baru, agar konsumen tersebut bisa menjadi pelanggan serta ketika sudah menjadi pelanggan tetap, dapat mendapat harga yang lebih murah dibandingkan konsumen yang baru. Yang notabene enggan untuk mempertimbangkan harga, dengan orang yang baru dikenal.

Sebagian konsumen pasar tradisional adalah masyarakat kelas menengah kebawah yang memiliki karakteristik sangat sensitive terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relative tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah kebawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional (Wildan, 2007). Namun dari riset yang dilakukan bahwa, di pasar tradisional sorogenen, konsumen tidak selalu sensitive terhadap harga. Namun lebih cendrung mempertimbangkan kualitas barang yang tersedia, baik itu sayur, pakaian dan lainnya.


Dwina Lilla

Tidak ada komentar:

Posting Komentar