Pasar
tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk
fisik tradisional yang menerapkan system transaksi tawar menawar secara
langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan
masyarakat baik di desa, kecamatan, dan lainnya (Sinaga,2008).
Harga
dipasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti , oleh karena
itu bisa dilakukan tawar menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan,
pasar tradisional selama ini cenderung kumuh dengan lokasi yang tidak
tertata rapi. Pembeli di Pasar tradisional sorogenen (biasanya kaum ibu) mempunyai
perilaku yang senang bertransaksi dengan berkomunikasi /berdialog dalam
hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang
diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.
Barang
yang dijual dipasar tradisional sorogenen umumnya barang-barang lokal dan
ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual di pasar
tradisional dapat terjadi tanpa melalui penyortiran yang kurang ketat.
Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak
sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan di satu kios
tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar
tradisional terdiri dari produsen, distributor, sub distributor,
pengecer, konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara
lain system pembayaran ke distributor atau sub distributor
dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau
memberikan discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang
yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan menejemen sehingga melemahkan daya saing.
Di pasar tradisional sorogenen tidak terlepas dari prilaku tawar-menawar oleh konsumen. sama seperti pasar tradisional lainnya. Namun pada pasar sorogenen, kebanyakan pedagang berusia 50-80 tahun. Uniknya di pasar sorogenen, beberapa pedagang cendrung lebih mengutamakan pelayanan yang baik pada konsumen yang baru, agar konsumen tersebut bisa menjadi pelanggan serta ketika sudah menjadi pelanggan tetap, dapat mendapat harga yang lebih murah dibandingkan konsumen yang baru. Yang notabene enggan untuk mempertimbangkan harga, dengan orang yang baru dikenal.
Sebagian
konsumen pasar tradisional adalah masyarakat kelas menengah kebawah
yang memiliki karakteristik sangat sensitive terhadap harga. Ketika
faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional
mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relative tidak ada alasan
konsumen dari kalangan menengah kebawah untuk tidak turut berbelanja ke
pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional (Wildan, 2007). Namun dari riset yang dilakukan bahwa, di pasar tradisional sorogenen, konsumen tidak selalu sensitive terhadap harga. Namun lebih cendrung mempertimbangkan kualitas barang yang tersedia, baik itu sayur, pakaian dan lainnya.
Dwina Lilla
Tidak ada komentar:
Posting Komentar